Bolehkah Orang Kristen Menolak Memberikan Pinjaman? Ini Jawaban Pakar Keuangan
Sumber: jawaban.com

Finance / 13 August 2024

Kalangan Sendiri

Bolehkah Orang Kristen Menolak Memberikan Pinjaman? Ini Jawaban Pakar Keuangan

Claudia Jessica Official Writer
748

Pernahkah Anda mengalami kesulitan saat menagih hutang? Atau mungkin orang yang berhutang kepada Anda justru lebih galak daripada Anda?

Akibatnya, kita merasa sebaiknya untuk tidak memberikan pinjaman kepada orang yang mau berhutang agar tidak perlu repot menagih hutang.

Pertanyaannya, sebagai orang kristen, apakah kita boleh menolak ketika ada orang yang mau meminjam uang atau berhutang kepada kita?

Juhono Sudirgo, seorang pakar keuangan dengan pengalaman lebih dari 14 tahun di perbankan dan 16 tahun di bidang sekuritas, dan kini fokus memberikan konsultasi bisnis dan perencanaan keuangan, menjawab pertanyaan ini berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dalam interview yang dilakukan bersama jawaban.com.

 

BACA JUGA: Webinar Memulai Investasi Saham Dengan Mudah Sesuai Firman Tuhan Bersama Juhono Sudirgo

 

Memahami Tujuan Berhutang

Sebelum menjawab boleh atau tidaknya memberikan pinjaman, Juhono menekankan pentingnya memahami tujuan orang tersebut berhutang. "Harus ditanyakan untuk apa berhutang? Karena hutang ada dua jenis: hutang konsumtif, berarti dipakai untuk biaya hidup dan hutang produktif," jelas Juhono.

Hutang konsumtif, atau yang biasanya disebut hutang buruk, digunakan untuk mendanai kebutuhan hidup seperti membayar listrik, biaya berobat, atau biaya sekolah anak.

Berdasarkan prinsip Firman Tuhan, Juhono mengingatkan bahwa kita harus mencukupkan diri dengan apa yang ada dan menghindari hutang untuk kebutuhan konsumtif.

Namun, ketika seseorang datang untuk berhutang demi memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana sikap yang seharusnya diambil oleh seorang Kristen?

 

BACA JUGA: Solusi Talks #BeraniBergerak: Mulai Investasi Saham Dengan Cara Mudah

 

Memberikan Pinjaman atau Memberi Bantuan?

Mengutip Amsal 3:7, yang berbunyi, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya," Juhono menegaskan bahwa kita tidak boleh menolak memberi bantuan ketika kita mampu.

"Firman Tuhan mengingatkan kita kembali ketika orang lain kesusahan dan meminta bantuan, kita tidak boleh menolak apa yang ada pada kita. Namun, bentuknya bukan hutang, melainkan pemberian," ungkap Juhono.

Dalam konteks ini, Juhono menyarankan untuk tidak menganggap uang yang diberikan sebagai pinjaman, melainkan sebagai pemberian yang rela hilang.

"Saya pribadi melakukannya. Kalau nanti dia mengembalikan, saya menerima dan menghormati. Tetapi saya tahu ini bukan uang saya lagi. Uang itu sudah saya relakan untuk hilang (diberi). Dan jika uang itu kembali, saya akan menyalurkannya kepada orang lain yang lebih membutuhkan," tambahnya.

Pinjaman untuk Kegiatan Produktif

Bagaimana jika pinjaman tersebut dimaksudkan untuk sesuatu yang produktif, seperti memulai bisnis?

Juhono menjelaskan bahwa dalam kasus ini, memberikan pinjaman diperbolehkan, bahkan bisa disertai dengan bagi hasil.

 

BACA JUGA: 8 Langkah Membebaskan Diri dari Jerat Hutang Pinjol dan Kartu Kredit dari Pakar Keuangan

 

"Kalau untuk bisnis, boleh tidak dibungakan? Boleh, tetapi bukan bunga, melainkan bagi hasil," jelasnya.

Dalam konteks ini, uang yang dipinjamkan dianggap sebagai modal usaha, dan keuntungan dibagi sesuai perjanjian yang disepakati. "Misalnya, untung Rp10.000, dibagi dua. Ini lebih tepatnya disebut kerja sama, di mana uang saya dianggap sebagai setoran modal usaha," jelas Juhono.

 

Resiko yang perlu dipertimbangkan →

Sumber : Juhono Sudirgo
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami